Bidan Sebagai Entepreneur Kreatif

03 Desember 2019 09:50:01, Submit:Romando Sipayung, Dilihat: 6898x

Paradigma pelayanan kebidanan saat ini telah mengalami pergeseran, dari asuhan kebidanan konvensional menjadi asuhan kebidanan yang mengkombinasikan pelayanan kebidanan konvensional dan komplementer. Walaupun di Indonesia belum ada Undang-undang yang mengatur secara khusus tentang pelaksanaan pelayanan kebidanan komplementer, namun penyelenggaraan pengobatan komplementer secara umum telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang pengobatan komplementer alternatif.

Terapan komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pilihan lain di luar pengobatan medis yang konvensional. Terapi komplementer bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan dan efektivitas yang tinggi berazaskan konvensional. Hal tersebut memberikan angin segar dan kesempatan kepada bidan di Indonesia untuk mengembangkan profesionalisme dalam memberikan praktekasuhan kebidanan yang lebih komprehensif kepada klien secara holistic dengan mengedepankan nilai, norma dan ilmu kebidanan. 

Meluasnya penggunaan pengobatan komplementer dan alternatif di bidang kebidanan, maka perlu peningkatan pengetahuan, ketrampilan dalam kualitas pelayanan kebidanan komplementer bagi mahasiswa kebidanan yang berbasis wirausaha kebidanan untuk meningkatkan daya saing global. Oleh karena itu Program Studi Pendidikan Profesi Bidan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ngudi Waluyo mengadakan Kuliah Pakar dengan judul "Enterpreneur Kreatif Melalui Layanan Kebidanan Komplementer".  

Kuliah Pakar yang diadakan pada Selasa (03/12/2019) di aula UNW ini mendatangkan Ulya Imannura, S.S.T.,MPH dan Prita Yustina, S.Si.T. sebagai pembicara.  Pada dasarnya kuliah pakar ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang praktik kebidanan komplementer dalam kehidupan modern serta penggunaan media sosial dalam promosi layanan kebidanan sehingga diharapkan mahasiswa lebih memiliki gambaran nyata dari pelayanan kebidanan komplementer, membangun market dalam kebidanan komplementer dan lebih meningkatkan derajat kesehatan perempuan dengan upaya-upaya terapi komplementer yang lebih ramah dan efektif bagi pencapaian kesehatan yang paripurna. 

Menurut Ulya Imannura, bidan sebagai sosial entepreneur itu tidak sekedar mencari keuntungan secara ekonomi tapi juga meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di sekitarnya agar lebih baik. "Menjadi pelayanan pendamping harapannya memperkuat kita dan menambah nilai jual kita dalam layanan kepada masyarakat." ungkapnya. 

Menurut Kaprodi S1 Kebidanan UNW, Luvi Dian Afriyani, acara kuliah pakar ini bertujuan memberikan pengetahuan ke mahasiswa sebagai ciri universitas yang turut serta membangun peradaban unggul serta berbudaya sehat. "Harapannya supaya nanti mahasiswa termotivasi mengeksplor ilmunya terutama kebidanan untuk generasi milenial ini.", tandasnya.



 
 


Kembali kehalaman sebelumnya   Print