UNW Siap Mempromosikan Produksi Pangan Lokal |
21 April 2019 11:41:08, Submit:Romando Sipayung, Dilihat: 3611x |
Pangan lokal kerap dipandang sebelah mata karena gempuran pangan impor. Bahkan makanan super alias superfood yang merujuk pada bahan makanan impor justru menjadi tren di Indonesia. Padahal kandungan gizi makanan lokal tidak kalah dengan makanan impor. Pernyataan demikian disampaikan Purbowati, S.Gz., M.Gizi, dosen Program Studi Gizi Universitas Ngudi Waluyo (UNW) Ungaran dalam seminar bertema "Enabling Enterpreneurship in Nutrition by Using Local Food in Millinnial” di aula UNW, Sabtu (20/04/2019) Menurutnya, berdasarkan Undang-undang No. 18 Tahun 2012 pengertian pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. “Dalam mengonsumsi makan sehari-hari seharusnya berkesuaian B2SA yakni Bergizi, Beragam, Seimbang, Aman. Pangan B2SA diantaranya, aneka ragam pangan (sumber karbohidrat, protein, maupun vitamin dan mineral), yang bila dikonsumsi dalam jumlah seimbang dapat memenuhi kecukupan gizi yang dianjurkan serta tidak tercemar bahan berbahaya yang merugikan kesehatan,” Ujarnya. Sedangkan menu yang disiapkan, menu ideal yang dikonsumsi untuk sekali makan atau beberapa kali waktu makan (sehari menurut waktu makan: pagi, siang, dan sore/malam). “Menu B2SA yang terdiri dari aneka ragam bahan pangan, (sumber karbohidrat, protein, maupun vitamin dan mineral), bila dikonsumsi dalam jumlah seimbang dapat memenuhi kecukupan gizi yang dianjurkan serta tidak tercemar bahan berbahaya yang merugikan kesehatan,”Tandasnya. Dalam menyusun menu olahan bisa dengan mengkonsumsi makanan pengganti beras, seperti Ubi kayu/Singkong, Ubi jalar, Jagung, dan Sagu. Menurutnya, dibanding tepung terigu, singkong lebih sedikit lemak dan lebih banyak serat. Singkong memiliki nilai farmakologis yang harus dihargai di atas beberapa makanan nabati karbohidrat. “Kalau kita tahu gatot panganan berbahan singkong berdasarkan hasil penelitian merupakan prebiotik. Jadi, kalau dikonsumsi bisa bermanfaat menjaga kesehatan usus. Begitu juga dengan ubi ungu, itu khasiatnya bisa menurunkan kolesterol,” Pungkasnya. Pada kesempatan yang sama, Panitia seminar Dyah Kartika Wening mengatakan seminar ini diadakan untuk menjawab tantangan pemberdayaan potensi makanan lokal. Pasalnya, bahan pangan lokal Indonesia cukup banyak jumlah dan jenisnya. Namun belum dikelola secara optimal oleh masyarakat. Bahkan, ada banyak produksi tanaman bergizi yang masyarakat belum tahu cara mengelolanya. “Melalui seminar ini kita berupaya mengenalkan masyarakat terhadap potensi makanan lokal Indonesia. Jika dikelola dengan baik dapat meningkatkan pendapatan masyarakat terutama ibu-ibu PKK untuk pendapatan tambahan di rumah,” Ujarnya di sela-sela acara. Disebutkan, nilai gizi bahan pangan dalam negeri justru lebih baik dibandingkan bahan pangan dari luar negeri. Selain diambil langsung dari lahan sendiri saat masih segar, kandungan gizinya juga tidak kalah tinggi. Tinggal mengupayakan jenis pengelolaan dan bentuk kemasan agar pembeli lebih tertarik dan menyukai. “Selama ini potensi makanan dalam negeri kurang dikenal mayarakat karena kurang promosi. Di samping diversifikasi produk yang dihasilkan kurang maksimal. Seperti bentuk kemasan yang kurang menarik, atau olahan yang dibuat kurang disukai masyarakat,” jelas dosen Program Studi Gizi UNW ini. Seminar ini menghadirkan narasumber dari Dinas Ketahanan Pangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Ir Krisnawati Ekananta Oetoyo, MP selaku Kasi Promosi Penganekaragaman Konsumsi Pangan, Purbowati, S.Gz., M.Gizi selaku dosen Program Studi Gizi UNW, dan Ayu Nova, S.Gz selaku Owner Fitpedia and Healthy Diet dari Jakarta. Ir Krisnawati Ekananta Oetoyo dalam pemaparan materi mengatakan, Pemprov Jateng selama ini terus-menerus melakukan promosi potensi makanan lokal kepada masyarakat melalui pameran dan lomba produksi pangan yang diikuti peserta dari tingkat kecamatan, kabupaten/kota hingga provinsi. “Tujuan kami mengenalkan kepada masyarakat sekaligus mengajak para pengelola pangan agar terus berkreasi untuk penganekaragaman pangan. Kami tidak menginginkan jika pameran dan lomba hanya sekedar kegiatan seremonial saja, tanpa mendatangkan imbas yang baik buat masyarakat,” Ujarnya. Krisnawati berharap lomba yang diselenggarakan itu dapat meningkatkan kreativitas masyarakat untuk dapat mengelola pangan lokal yang bercita rasa global yang tentunya dapat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. “Kami berharap pangan lokal yang ada ini harus dikelola baik, dikemas baik dan tentu harus punya nilai jual yang pastinya akan mendongkrak ekonomi masyarakat,” Tandasnya |
|